Ketika diskusi dengan bu Diana di Perpustakaan Pasca, aku ingat mimik beliaunya yang lancar menerangkan tentang skala pengukuran yang lazim difahami seorang peneliti. Sebetulnya tidak hanya skala pengukuran yang penting dipahami, seorang peneliti perlu faham tentang unit analisys, karakteristik, variabel, populasi, sampel, sampling, dan lain-lain. Kembali ke apa yang dipaparkan oleh bu Diana tentang skala pengukuran. Beliau menjelaskan bahwa menyangkut skala pengukuran dikenal ada 4 skala utama, yaitu: Nominal, Ordinal, Interval dan Rasio. Tapi di akhir diskusi, karena beliau harus balik ke Malang, beliau berpesan: “ Tolong dicek lagi siapa tahu salah.”
Setelah saya cek ulang di buku-buku statistic yang aku punya, ternyata apa yang disampaikan bu Diana benar. Trim, bu Diana. Skala pengukuran sering juga disebut skala data. Data adalah catatan atas kumpulan fakta, yang diterima secara apa adanya. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Datum berasal dari bahasa latin yang berarti ‘sesuatu yang diberikan’. Kumpulan fakta tersebut merupakan hasil dari proses pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata atau citra. Sehingga nilai data sangat bergantung pada validitas alat ukurnya, pengukur serta bagamana cara mengukurnya.
Menurut begawan statistik bahwa tipe data memegang peranan penting di dalam penentuan jenis uji statistik yang akan digunakan. Secara umum data statistik digolongkan menjadi 2 macam, yaitu: data diskrit, yaitu data yang tidak dikonsepsikan adanya nilai-nilai di antara data lain yang terdekat. Misalnya data jumlah ternak, jumlah anak, jumlah pohon yang ada di suatu rumah, tidak mungkin ada 12,4 anak, 4.6 pohon dan lain-lain. Data kedua disebut data continue, yaitu data yang didapat dari hasil pengukuran yang sudah terstandar.
Data didapatkan dari perhitungan dan pengukuran. Pengukuran adalah penggunaan aturan untuk menetapkan bilangan pada obyek atau peristiwa. Dengan kata lain, pengukuran memberikan nilai-nilai variabel dengan notasi bilangan. Aturan penggunaan notasi bilangan dalam pengukuran disebut skala atau tingkat pengukuran (scales of measurement). Secara lebih rinci, dalam statistik terdapat 4 skala pengukuran yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio.
Skala Nominal, ialah angka yang berfungsi hanya untuk membedakan, merupakan identitas, urutan tidak berlaku, operasi matematik juga tidak berlaku, artinya 2 tidak harus lebih besar dari satu atau tidak lebih kecil dari 4 (hasil kali, bagi, penjumlahan, pengurangan tidak mempunyai arti). Hanya sebagai lambang, symbol atau identitas. Contohnya: Jenis kelamin: perempuan (o) dan laki-laki (1); Agama: Islam (1), Kristen (2), Hindu (3); Suku: Jawa(1), Minang(2), Batak(3), Dayak(4) dan seterusnya. Bisa juga angka dari alamat rumah, nomor kamar hotel, nomor KTP, SIM, Nomor Punggung Pemain Bola dan sebangsanya.
Skala Ordinal, ialah angka yang selain berfungsi sebagai nominal juga menunjukan urutan, bahwa sesuatu lebih baik, lebih bagus, lebih disenangi, dari pada yang lain. Misalnya ada 5 anak SD dengan perolehan nilai matematika sebagai berikut: A=50; B=45; C=75; D=100; dan E=80, maka peringkat anak SD tersebut dalam nilai matematika adalah D=1; E=2; C=3; A=4; dan B=5. Pada data tersebut jarak nilai tidak sama, akan tetapi terlihat urutannya makin besar (menuju 5) atau makin kecil (menuju 1).
Skala Interval, ialah angka yang selain berfungsi sebagai nominal dan ordinal juga menunjukan jarak yang sama, akan tetapi tidak sampai berapa kali, sebab titik nol letaknya sembarang, dipergunakan untuk ‘rating’. Contoh adalah suhu atau temperature naik dari 20o – 30o atau 40o – 60o jaraknya 10o – 20o . Akan tetapi tingkat panas yang ditunjukan oleh angka 30o tidak berarti 1.5 kali panas yang ditunjukan oleh angka 20o. Demikian juga kalau kita bicara tentang tingkat kepuasan, misalnya ditunjukan dengan angka 1,2,3,4,5. Walaupun jaraknya sama, tetapi tidak berarti tingkat kepuasan 4 adalah dua kali dari kepuasan 2 atau kepuasan 5 adalah lima kali kepuasan 1.
Skala Rasio, ialah angka yang selain berfungsi sebagai nominal, ordinal, dan interval juga menunjukan berapa kali, sebab angka nol letaknya tidak sembarang. Misalnya berat badan A=60 kg, B=30 kg, berate berat A adalah dua kali berat B, atau berat B setengah dari berat A.
Terima kasih buat bu Diana, sungguh bayangan wajah anda akan memudahkan mengingatkanku pada hal-hal di atas. Tipe orang macam apa aku ini, tak tahulah, aku hanya punya keyakinan untuk berupaya: membayangkan yang aku lihat, mengingat yang aku baca, rasakan yang aku alami, kerjakan yang aku sukai. Welah……welah…… stress kok guyon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar