Kamis, 30 Mei 2013

TITIK BALIK

Sebuah penggambaran yang sepandan yang tengah dialami mas Bejo adalah 'ia telah terlalu jauh membelok dari jalan utama dan asyik menikmati panorama perjalanan yang cantik' sehingga lupa akan tujuan utama pengembaraannya. Mas Bejo lagi merasa lunglai, ia sadar telah kehilangan waktu, ia 'ndeprok' di depan guru lakunya sembari merenungi nasib. Sang Guru yang memahami muridnya tengah 'gundah gulana', bertutur: "Sudahlah nak, tidak perlu disesali, toh itu pilihan kamu sendiri. Mana sikapmu yang selalu mengambil hikmah positif dari setiap laku....". Mas Bejo, tercenung pada kata-kata gurunya. " Apa lagi jalan menyamping yang telah kamu jalani, bukan jalan yang tak bernilai, bahkan sangat bernilai, bukan pula jalan yang salah, karena kebanyakan pekerjaan itu semestinya  diperuntukan bagi mereka yang telah menempuh kesempurnaan jalan utama. Bukankah temanmu kerja di simpang jalan kebanyakan sudah empu dan begawan ? ". Sambung Sang Guru.  

Mas Bejo mendengar tutur Sang Guru, jadi ingat guru spiritual yang selama ini mengajak dirinya mengelana berjalan menjauh dari jalan utama. "Belajar pencak silat itu tidak harus berkutat di padepokan terus-menerus mas, kematangan pribadi 'seorang pendekat tahan uji' mesti ditempa seperti seonggok besi agar menjadi samurai yang perkasa". Tak heran ada banyak teman yang berseloroh tetaplah berjalan menyamping, tidak ada istilah 'titik balik' karena kamu sudah berjalan di jalan yang benar menuju pada titik yang sama dengan jalan utama hanya yang beda adalah alur jalan dan tantangannya. Yang diperlukan adalah konsekuen untuk menyisihkan energi, waktu, kefokusan dan konsistensi bekerja dengan program dan target yang jelas dan terukur.      

Guru yang lain juga tidak jauh berbeda menyemangati, malah mencontohkan dirinya yang 'keempuannya' dicapai dengan menjalani banyak pekerjaan sampingan. Katanya, bahwa jalan menjadi empu antara satu orang dengan orang yang lain adalah tidak sama, masing-masing tentu mempunyai pembelajaran yang berbeda, dari yang mudah-mudah hingga yang sulit-sulit. Tidak sedikit dalam proses olah keempuan kemudian mengalami depresi, strees bahkan harus bersakit-sakit hingga ada yang dibayar dengan nyawa. Jadi nikmati saja, jalani dengan kepasrahan dan selalu berdoa. Menimbang itu semua mas Bejo seperti mendapat amunisi, dia bangkit dari 'ndeprok-nya' hatinya tidak lagi gundah gulana, kini ia mulai ada semangat untuk terus berjalan dan bahkan kalau perlu berlari-lari.

Malamnya mas Bejo, matanya berbinar bahkan tidak sedikitpun mengantuk.....pas di tengah malam ia tulis sebait puisi..........

malam begitu sempurna 
seperti jemari waktu pikiranku mengelana
jauh menembus batas doa
seperti.......meladeni pertanyaan demi pertanyaan 
yang tereja hasrat
saat sujud 
padaMU
....................
malam begitu sempurna
tak terasa mata ini
basah
....................
ya Allah, sungguh aku tak berdaya tanpa kekuatanMU
sungguh aku miskin tanpa rizkiMU
sunggu aku malas tanpa semangatMU
sungguh aku bodoh tanpa ilmuMU
: Ya Allah......
  jagalah sehatku, barokahi rezkiku, mudahkan 
  urusanku
  aminnnn......