Kemarin ketika ujian kualifikasi, semua penguji cenderung memulai pertanyaan dengan mempertanyakan apa-apa yang tertuang dalam bagan ‘kerangka konseptual’. Kebetulan kerangka konseptualku sengaja tak buat dengan gambaran yang menarik plus sentuhan warna yang diharapkan menghilangkan kesan ilmu itu kaku. Kesan warna-warni itulah yang kemudian juga menarik untuk teman-teman minta bantuan ke aku untuk mendandani kerangka konsep punya mereka.
Memang menurutku membuat kerangka konseptual ya susah-susah gampang, maksudnya buat orang yang memahami maksud, tujuan, manfaat dan cakupan penelitian tentu menjadi gampang, tetapi buat orang yang awam dan tidak mendalami pada maksud, tujuan, manfaat dan cakupan penelitian tersebut tentu akan susah membuatnya. Jadi para professor memulai pertanyaan dari kerangka konseptual adalah pilihan tepat dan amat cerdas karena dari sinilah kapasitas pemikiran ‘mahasiswa’ yang diuji bisa dilihat.
Kerangka konseptual menurutku disimak dari akar katanya yaitu ‘kerangka’ dan ‘konsep’, maka kerangka konseptual adalah gambaran mendasar atau pemikiran yang mendasari penelitian kita yang berisi konsep-konsep dan jabarannya. Kerangka konseptual merupakan kerangka pikir dasar mengenai hubungan antar konsep-konsep, variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep, variabel dengan konsep, atau variabel dengan variabel lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang peroleh dari studi pustaka.
Sementara pengertian konsep dalam hal ini adalah suatu abstraksi atau gambaran, buah pikiran yang dibangun dengan menggeneralisasikan suatu pengertian. Karena sifatnya yang general itu, konsep tidak dapat diamati dan diukur secara langsung. Agar supaya konsep tersebut dapat diamati dan diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan terlebih dahulu menjadi variabel-variabel. Variabel adalah sesuatu yang nilainya dapat diukur, nilainya berubah-ubah menurut waktu, elemen atau tempat.
Kerangka konseptual akan menjadi ‘frame’ atau ‘boundary’ yang menegaskan masalah yang dikaji, fokus dengan batas cakupan yang jelas. Setidaknya ketika ada ketegasan mana ranah yang diteliti, memudahkan identifikasi fungsi variabel (mana yang independent, dependent, kendali, dll), hal tersebut akan memudahkan kita memformulasi hipotesis, serta menyusun pendekatan metode penelitian yang layak dilakukan. Akan sangat sulit orang lain yang tidak memahami permasalahan dan substasi penelitian untuk diminta membuatkan kerangka konsep. Tetapi begitu jadi kerangka konsep, orang lain yang tidak faham akan mudah terfahamkan.
Mungkin menggambarkan dengan contoh akan lebih mudah kita mengingat, dalam penelitianku ‘Aklimatisasi’ adalah konsep. Aklimatisasi adalah hal umum tentang proses menumbuhkan bibit tanaman hasil kultur in vitro agar adaptif bisa hidup di lingkungan yang baru (ex vitro) dan berbeda dari lingkungan sebelumnya. Agar bisa diukur maka harus dijadikan variabel misalnya; teknik aklimatisasi, media aklimatisasi, penggunaan pupuk dan obat. Ada teman penelitian vernalisasi pada tanaman bawang merah, vernalisasi adalah konsep, ini harus dijabarkan dalam bentuk variabel misalnya saja: tingkat derajat suhu, lama atau periode vernalisasi.
Dalam sudut pandang epitemik dedutif maka teknik aklimatisasi, media aklimatisasi, penggunaan pupuk dan obat; tingkat / derajat suhu, lama /periode vernalisasi dapat didudukan sebagai variabel bebas atau independen, terus variabel dependen atau tergantungnya apa ? Bisa misalnya: laju pertumbuhan, kecepatan berakar, kecepatan berbunga, jumlah bunga dan lain-lain. Jadi konsep dan variabel yang telah kita tentukan tadi kira-kira kalau kemudian kita buat interkorelasinya dalam kerangka konsep adalah seperti di bawah ini:
Teknik Aklimatisasi ----------------
Jenis Media ------------------------- Laju Pertumbuhan
Jenis Pupuk / Obat ----------------
Tingkat Suhu ----------------------
Lama Waktu ------------------------ Laju Pembungaan
Umur Tanaman -------------------
Catatan: mestinya titik-titik di atas berupa garis yang mengarah ke Laju Pertumbuhan atau Pembungaan.
Memang menurutku membuat kerangka konseptual ya susah-susah gampang, maksudnya buat orang yang memahami maksud, tujuan, manfaat dan cakupan penelitian tentu menjadi gampang, tetapi buat orang yang awam dan tidak mendalami pada maksud, tujuan, manfaat dan cakupan penelitian tersebut tentu akan susah membuatnya. Jadi para professor memulai pertanyaan dari kerangka konseptual adalah pilihan tepat dan amat cerdas karena dari sinilah kapasitas pemikiran ‘mahasiswa’ yang diuji bisa dilihat.
Kerangka konseptual menurutku disimak dari akar katanya yaitu ‘kerangka’ dan ‘konsep’, maka kerangka konseptual adalah gambaran mendasar atau pemikiran yang mendasari penelitian kita yang berisi konsep-konsep dan jabarannya. Kerangka konseptual merupakan kerangka pikir dasar mengenai hubungan antar konsep-konsep, variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep, variabel dengan konsep, atau variabel dengan variabel lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang peroleh dari studi pustaka.
Sementara pengertian konsep dalam hal ini adalah suatu abstraksi atau gambaran, buah pikiran yang dibangun dengan menggeneralisasikan suatu pengertian. Karena sifatnya yang general itu, konsep tidak dapat diamati dan diukur secara langsung. Agar supaya konsep tersebut dapat diamati dan diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan terlebih dahulu menjadi variabel-variabel. Variabel adalah sesuatu yang nilainya dapat diukur, nilainya berubah-ubah menurut waktu, elemen atau tempat.
Kerangka konseptual akan menjadi ‘frame’ atau ‘boundary’ yang menegaskan masalah yang dikaji, fokus dengan batas cakupan yang jelas. Setidaknya ketika ada ketegasan mana ranah yang diteliti, memudahkan identifikasi fungsi variabel (mana yang independent, dependent, kendali, dll), hal tersebut akan memudahkan kita memformulasi hipotesis, serta menyusun pendekatan metode penelitian yang layak dilakukan. Akan sangat sulit orang lain yang tidak memahami permasalahan dan substasi penelitian untuk diminta membuatkan kerangka konsep. Tetapi begitu jadi kerangka konsep, orang lain yang tidak faham akan mudah terfahamkan.
Mungkin menggambarkan dengan contoh akan lebih mudah kita mengingat, dalam penelitianku ‘Aklimatisasi’ adalah konsep. Aklimatisasi adalah hal umum tentang proses menumbuhkan bibit tanaman hasil kultur in vitro agar adaptif bisa hidup di lingkungan yang baru (ex vitro) dan berbeda dari lingkungan sebelumnya. Agar bisa diukur maka harus dijadikan variabel misalnya; teknik aklimatisasi, media aklimatisasi, penggunaan pupuk dan obat. Ada teman penelitian vernalisasi pada tanaman bawang merah, vernalisasi adalah konsep, ini harus dijabarkan dalam bentuk variabel misalnya saja: tingkat derajat suhu, lama atau periode vernalisasi.
Dalam sudut pandang epitemik dedutif maka teknik aklimatisasi, media aklimatisasi, penggunaan pupuk dan obat; tingkat / derajat suhu, lama /periode vernalisasi dapat didudukan sebagai variabel bebas atau independen, terus variabel dependen atau tergantungnya apa ? Bisa misalnya: laju pertumbuhan, kecepatan berakar, kecepatan berbunga, jumlah bunga dan lain-lain. Jadi konsep dan variabel yang telah kita tentukan tadi kira-kira kalau kemudian kita buat interkorelasinya dalam kerangka konsep adalah seperti di bawah ini:
Teknik Aklimatisasi ----------------
Jenis Media ------------------------- Laju Pertumbuhan
Jenis Pupuk / Obat ----------------
Tingkat Suhu ----------------------
Lama Waktu ------------------------ Laju Pembungaan
Umur Tanaman -------------------
Catatan: mestinya titik-titik di atas berupa garis yang mengarah ke Laju Pertumbuhan atau Pembungaan.
Interkorelasi antara konsep dengan konsep atau konsep dengan variabel yang telah kita buat, selanjutnya harus di 'breakdown' dengan mengajukan pertanyaan hal apa yang dapat diinterkolerasikan selanjutnya ? apa yang menjadi faktor dari suatu konsep atau variabel yang sudah kita tentukan ? Misal ketika aku bicara tentang konsep 'aklimasisasi', maka faktor yang mempengaruhi adalah: jenis anggrek, jenis media in vitro, teknik aklimatisasi, operator, nutrisi, dan faktor lingkungan (cahaya, media, suhu, kelembaban, angin). Proses 'breakdown' terus dilakukan sampai pada lingkup yang kita inginkan, dengan mempertimbangkan sarana, dana dan waktu yang tersedia untuk penelitian. Ini banyak dipertanyakan dalam ujian, aku sadar karena 'ruh' penelitian memang kan ada di sana.
Untuk mengembangkan kerangka konseptual tentu saja kita harus memperkaya asumsi-asumsi dasar yang relevan yang berasal dari bahan-bahan referensi yang terpercaya dan baru. Tetapi juga alangkah baiknya kalau dapat diperkuat dengan informasi, pengetahuan yang diamati, diperoleh langsung pada lingkup area masalah yang akan dijadikan penelitian, seperti aku berarti permasalahan di masyarakat peranggrekan. Dengan demikian kerangka konseptual yang dibuat merupakan paduan yang kaya dan lengkap karena merupakan gabungan antara hasil pemikiran dari konsep-konsep (produk deduksi) dan fenomena empiris (produk induksi). Karena pengetahuan baru umumnya terbangun melalui pendekatan ini (lihat tulisan: epistemik deduksi).
Singkatnya kalau tidak sempat lihat, berpikir deduksi adalah proses berlogika yang berdasar dari kebenaran umum mengenai suatu fenomena (teori) dan memverifikasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data tertentu yang berciri sama dengan fenomena tersebut yang lebih khusus. Berpikir induksi adalah proses berlogika yang berangkat dari data empirik (khusus) lewat observasi menuju kepada suatu teori (umum). Dengan kata lain induksi adalah proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil-hasil pengamatan yang terpisah (khusus) menjadi suatu rangkuman hubungan atau suatu generalisasi (umum).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar