Ketika aku lagi membuat presentasi kualifikasi, pikiranku yang semula mengalir dari satu tahapan ke tahapan lain, tiba-tiba buntu. Tahu-tahu tumpul ketika ada pertanyaan apa itu Epistemik Deduksi ? Kan ketika kita memaparkan kerangka konsep tentang penelitian yang akan kita lakukan, kita mesti harus mampu meresum sesungguhnya apa epistemic deduksinya ? Pertanyaan itu tidak mungkin terjawab manakala kita sendeiri tidak tahu apa itu epistemic deduksi. Ya kan ?
Disimak dari kata yang menyusunnya berasal dari kata ‘epistemik’ dan ‘deduksi’. Epistemik berkait dengan terminologi epistemology yaitu maknanya berkaitan dengan bagaimana pengetahuan dicari, sedangkan deduksi bermakna proses mencari pengetahuan yang dilakukan dengan metode bagaimana cara melihat dan menyimpulkan suatu persoalan yang dimulai dari pernyataan yang bersifat umum menuju kepada pernyataan yang bersifat khusus. Dengan demikian epistemic deduksi adalah ‘bagaimana membuat kesimpulan khusus yang dihasikan dari kasus-kasus yang bersifat umum.
Masih ingat kuliah filsafat ilmu yang lalu, bahwa Untuk mendapatkan pengetahuan baru bisa dilakukan dengan dua cara : pertama dengan metode induksi, yaitu sebuah metode bagaimana cara melihat dan menyimpulkan suatu persoalan yang dimulai dari pernyataan yang bersifat khusus menuju kepada pernyataan yang bersifat umum. Bagaimana membuat kesimpulan umum yang dihasilkan dari kasus-kasus yang bersifat khusus atau individual.
Untuk menajamkan pemahaman tersebut, kita ambil contoh misalnya : besi jika dipanaskan akan memuai, timah jika dipanaskan akan memuai, seng jika dipanaskan akan memuai, emas jika dipanaskan akan memuai, perak jika dipanaskan akan memuai, tembaga jika dipanaskan akan memuai. Dari pemahaman itu maka secara umum bisa disimpulkan bahwa : Semua logam jika dipanaskan akan memuai.
Penyimpulan secara umum dilakukan dengan melihat dan meneliti kasus-kasus khusus dari beberapa sampel yang mempunyai sifat sejenis, baru kemudian dibuat suatu kesimpulan yang umum. Pendekatan proses mendapatkan pengetahuan ini dianggap sebagai metode yang paling praktis, karena untuk menyimpulkan bahwa ‘semua logam jika dipanaskan akan memuai’ kita tidak perlu lagi meneliti semua jenis logam yang ada di alam semesta ini.
Cara kedua untuk mendapatkan pengetahuan adalah dengan metode deduksi, metode ini adalah kebalikan dari metode induksi, yaitu dari memahami pernyataan yang bersifat umum, menuju kesimpulan yang bersifat khusus. Kita ambil contoh tetap dengan kasus logam, bahwa kita sudah memiliki pemahaman umum bahwa ‘logam jika dipanaskan akan memuai’. Maka dengan metode deduktif kita bisa mengkaji bagai mana dengan timbel yang juga logam, bagaimana kondisi timbel jika dipanaskan. Kenyataan membuktikan bahwa timbel memuai setelah dipanaskan, maka timbel benar-benar logam.
Dengan penalaran deduktif maka kita akan mendapatkan pengetahuan baru yang lebih terpercaya lagi, bahwa timbel jika dipanaskan akan memuai, walaupun kesimpulan ini kita dapatkan tidak melalui penelitian terlebih dahulu, tetapi berdasarkan pemahaman sebelumnya yang diperoleh secara induktif. Memang akhirnya kita bisa lihat kelebihan yang kita dapatkan dengan penalaran deduktif, akan lebih hemat biaya dan waktu untuk menyimpulkan suatu masalah.
Menurut pikiranku dalam mengkaji sesuatu, sebagai cara mengembangkan pemikiran sekaligus pengetahuan, rasanya dua pendekatan induktif deduktif tidak bisa jalan sendirian. Dua hal tersebut harus berjalan beriringan, saling topang, saling mengisi dan melengkapi, menguatkan bangunan ketelitian pemikiran dan pengetahuan. Toh, dalam kenyataan keseharian kehidupan manusia pendekatan cara melihat dari hal khusus ke umum dan dari umum ke khusus atau pendekatan verifikasi dan generalisasi adalah merupakan hal yang selalu bersinergi.
Sekarang, aku jadi tahu di mana resum epistemic deduksi dari penelitian yang akan aku lakukan. Hal umum tentang media, kontaminasi yang terjadi, stagnansi pada proses aklimatisasi, perubahan pada kondisi khusus dengan gula dan antibiotic lalu …………….. bla…..bla…. dan …….bla….bla.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar