Kalau futurolog dunia meramalkan bahwa modernisasi dunia abad 21 mendatang akan banyak diwarnai 4 teknologi penting, yaitu : mikroelektronika, teknologi energi alternatif, aeronautika dan bioteknologi. Hal tersebut hampir pasti dapat dikatakan benar. Penduduk belahan bumi manapun secara umum dapat dikatakan telah terpukau dan bahkan tergantung pada sebagaian produk-produk teknologi itu contohnya TV, komputer, telpon, satelit, klon (produk teknologi kloning). Percepatan efektivitas, efisiensi, globalisasi adalah kenyataan yang dirasakan manusia akibat teknologi-teknologi tersebut.
Disamping ketergantungan pada teknologi di atas, sesungguhnya ada ketergantungan lainnya yang kurang diperhatikan manusia tetapi sesungguhnya telah mempengaruhi jauh pada kehidupan manusia bahkan kehidupan di bumi. Ketergantungan apakah itu ? Tidak lain adalah ketergantungan manusia pada apa yang disebut plastik. Plastik lahir dari teknologi kimia. Keluputan atau ketidaksadaran manusia tersirat pada dialog dibawah :
“ Hidup masa kini rasanya akan sukar tanpa kehadiran yang namanya plastik,” celoteh seorang gadis menor yang barangkali sadar bahwa dirinya sangat bergantung pada yang namanya plastik. Betapa tidak, di dalam tasnya yang juga terbuat dari plastik, ia ingat terdapat : sisir, dompet, pulpen, tilpon genggam, kotak bedak; di tubuhnya melekat kain nilon, kancing baju besar-besar, sal rambut, sabuk, jam tangan, bahkan rambut palsunya semua terbuat dari plastik.
“ Tapi saya benci plastik !! “ kata seorang lelaki di samping perempuan menor sambil terus menghisap rokok filternya. Rupanya laki-laki itu adalah perokok berat, hal tersebut terlihat dari cara merokok dan warna bibirnya yang menghitam.
“ Plastik menjadi pencemar berat lingkungan karena tidak terbusukan. “ lanjutnya.
“ Jangan munafik, anda benci plastik tapi tidak semua plastik. “ kata orang bekaca mata tebal turut bicara.
“ Maksud anda ?? “ tanya sang perokok.
“ Coba anda perhatikan rokok yang anda hisap, bukankah filternya terbuat dari plastik ? “ kata si kacamata. Sang perokok agak terperanjat, dan nampak sedikit malu sendiri. Orangnya diam, mungkin hanya hatinya yang membenarkan ucapan orang yang baru dikenalnya di halte bus. Inilah cermin ketidaksadaran manusia.
“ Hidup masa kini rasanya akan sukar tanpa kehadiran yang namanya plastik,” celoteh seorang gadis menor yang barangkali sadar bahwa dirinya sangat bergantung pada yang namanya plastik. Betapa tidak, di dalam tasnya yang juga terbuat dari plastik, ia ingat terdapat : sisir, dompet, pulpen, tilpon genggam, kotak bedak; di tubuhnya melekat kain nilon, kancing baju besar-besar, sal rambut, sabuk, jam tangan, bahkan rambut palsunya semua terbuat dari plastik.
“ Tapi saya benci plastik !! “ kata seorang lelaki di samping perempuan menor sambil terus menghisap rokok filternya. Rupanya laki-laki itu adalah perokok berat, hal tersebut terlihat dari cara merokok dan warna bibirnya yang menghitam.
“ Plastik menjadi pencemar berat lingkungan karena tidak terbusukan. “ lanjutnya.
“ Jangan munafik, anda benci plastik tapi tidak semua plastik. “ kata orang bekaca mata tebal turut bicara.
“ Maksud anda ?? “ tanya sang perokok.
“ Coba anda perhatikan rokok yang anda hisap, bukankah filternya terbuat dari plastik ? “ kata si kacamata. Sang perokok agak terperanjat, dan nampak sedikit malu sendiri. Orangnya diam, mungkin hanya hatinya yang membenarkan ucapan orang yang baru dikenalnya di halte bus. Inilah cermin ketidaksadaran manusia.
Memang benar sulit dipungkiri bahwa banyak segi kehidupan manusia yang telah tersentuh plastik tapi manusia tidak menyadarinya secara penuh seperti halnya sang perokok di atas. Mengapa demikian ? Jawabnya secara pasti barangkali belum pernah dicari. Hanya saja teknologi kimia plastik harus diakui memang telah berkembang sangat maju. Kelahirannya pun sudah cukup lama. Plastik paling sederhana pertama dibuat oleh Leo Baekelend di tahun 1907. Plastik tersebut dibuat dari fenol dan formaldehid yang kemudian diberi nama Bakelit untuk menghargai penemunya.
104 tahun waktu bagi perkembangan teknologi kimia plastik secara menakjubkan telah melahirkan berbagai produk, seperti : fenorokarbon, fotokronik, kapton, kulit sintetik, leksan, lusit, melamin, poliakrilik, polipropilina, polivinil dan lain sebagainya. Prosesnya pembuatannya mulai dari memerlukan hitungan waktu jam seperti nilon, menit seperti polietilena, dan detik seperti perekat cepat kering.
104 tahun waktu bagi perkembangan teknologi kimia plastik secara menakjubkan telah melahirkan berbagai produk, seperti : fenorokarbon, fotokronik, kapton, kulit sintetik, leksan, lusit, melamin, poliakrilik, polipropilina, polivinil dan lain sebagainya. Prosesnya pembuatannya mulai dari memerlukan hitungan waktu jam seperti nilon, menit seperti polietilena, dan detik seperti perekat cepat kering.
Istilah plastik sendiri mulai populer di tahun 1920-an akibat maraknya penelitian dan berkembangnya produk polimer sintetik yang dapat dikatakan lajunya kira-kira satu macam satu hari. Istilah plastik sendiri mempunyai maksud ‘ bahan yang dapat dibentuk’. Tentu saja tidak semua bahan yang dapat dibentuk tergolong plastik.
Ada 2 macam polimer plastik utama. Yang pertama disebut ‘termoplastic’ yang mempunyai maksud bahwa bahannya akan menjadi lunak secara teralihkan (reversible) bila dipanaskan dan segera mengeras bila didinginkan. Plastik ini dibentuk dengan cara ekstruksi (penarikan atau penekanan ke luar), injeksi (penuangan) atau pemampatan, dan biasanya digunakan untuk membuat serat, jas hujan, wadah es, dan beribu-ribu produk lainnya.
Golongan yang kedua disebut sebagai ‘thermosetting plastic’ dan bahannya terbuat dari zat yang berpolimerisasi secara tak terbalikan (ireversible) bila dipanaskan serta diberi tekanan, kadangkala dengan katalisator, kadang kala tanpa katalisator; dengan begitu bahan tersebut membentuk massa yang keras, kaku dan tak dapat dilebur. Satuan-satuan pembentuk plastik ini berupa molekul organik kecil yang berujud serbuk, butiran, atau cairan kental. Bahan ini dibentukdengan jalan dipanaskan agar berpolimerisasi hingga mencapai bentuk yang diinginkan. Hasil akhir golongan ini misalnya produk aneka perhiasan, mangkuk, piring, hingga kotak televisi; juga bisa menjadi busa kasur hingga kubah masjid seperti yang sekarang sedang diterapkan pada kubah masjid Agung Surabaya bahkan plasti ini dapat untuk lambung kapal sekalipun.
Disadari atau tidak disadari bahwa plastik memang telah terbukti mewarnai berbagai kehidupan manusia. Buku-buku yang kita baca sampul depannya tidak akan bagus dan mengkilap tanpa kehadiran pelapis polimer plastik. Baju yang kita pakai, resleting, kaca mata, sendal, sepatu, jok kursi yang diduduki, karpet yang tergelar di lantai, televisi yang kita lihat, komputer yang kita pakai, radio, sisir, sikat gigi, aneka barang pecah belah sangat mungkin terbuat dari plastik dan bila disebutkan terus akan menjadi daftar yang sangat panjang.
Plastik telah sukses mengganti bahan-bahan alamiah yang sebelumnya menjadi kebanggaan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan manusia. Mulai dari kain yang dulu dibuat dan dirajut dari kapas, serat tetumbuhan, benag sutra kini diganti oleh sintetiknya yang bisa sangat variatif dari kenampakan, kehalusan, rasa saat dipakai, ketahanan, warna, motif dan lain-lain. Alat-alat perkakas dapur / ruamah tangga , juga banyak yang beralih dari bahan logam atau gelas ke plastik, seperti : piring, gelas, mangkuk, sendok, ember, botol, dan lain-lain. Berbagai pembungkus yang tadinya menggunakan daun, kulit pepohonan sekarang telah tergeser plastik. Meja, kursi, almari, karur dari bahan plastik juga semakin mendominasi rumah tangga.
Teknologi plastik memang tidak terbendung perkembangannya dan menggeser banyak kebiasaan dan kegemaran manusia. Plastik yang mudah dibentuk, dipoles, direkayasa semakin memanjakan manusia. Kecenderungan manusia yang menghendaki kepraktisan, hemat, bersih, tahan banyak terpenuhi oleh kehadiran plastik. Berbagai makanan, minuman instan hampir semuanya menggunakan kemasan dari bahan ini. Cobalah perhatikan apa yang terjadi di kantor- kantor, ruang tamu rumah-rumah di kota bahkan di desa. Tanaman dan bunga-bunga pehias meja atau interiornya telah bergeser dari tanaman dan bunga-bunga alami ke bentuk-bentuk sintesisnya yang nyaris persis.
Fenomena penggunaan bahan plastik dalam kehidupan manusia sudah dapat dikatakan telah memasuki segenap aspek kehidupan. Dari aspek kehidupan sosial hingga aspek kehidupan pribadi misalnya penggunaan kondom dalam kegiatan seksual yang umumnya tertutup. Manfaat dan ketergantungan pada plastik dirasakan di berbagai bidang, misalnya : antariksa, arsitektur, agronomi, oseonografi, rancang komputer, kedokteran, biologi, teknik sipil, bioteknologi, aeronotika, perminyakan dan lain-lain.
Banyak hal yang menjadi kenyataan sekarang, padahal pada tahun 1960-an hanya merupakan ramalan para ahli plastik terhadap produk kecanggihan teknologi fisika- kimia plastik. Beberapa hal yang dulu hanya merupakan gagasan itu, misalnya : rumah plastik yang praktis, organ pengganti tubuh manusia yang rusak (kornea mata, katup jantung, paru-paru, dada sintetik, otot jantung, tulang rawan dan membran selofan untuk mengatasi ginjal yang rusak), pengumpul energi, pengganti dan peringkas buku-buku perpustakaan, halaman dan lapangan rumput plastik, taman dengan tata lingkungan plastik, jalan karet sintetik, bendungan plastik, lambung kapal. Amerika mampu membuat plastik khusus untuk melindungi logam terhadap suhu 2.200 °C untuk jangka waktu pendek sebagai pelapis ruang pembakaran mesin roket, cerobong sembur, dan moncong pesawat antariksa.
Dengan memperhatikan teori-teori, azas dan teknologi yang sekarang telah dikuasai, pa a ahli plastik membangun mimpi p nggunaan plastik di masa yang akan datang. Mungkinkah 10, 20, 50 tahun yang akan datang plastik akan menjadi bahan perumahan yang mudah dibentuk dan aman dari kebakaran, plastik sebagai membran elektrodialisis dan osmosis balik sebagai sarana penyedia air minum bersih dari air laut atau untuk mengatasi pencemaran, plastik sebagai pelindung logam pada mesin apapun bahkan plastik sebagai mesin itu sendiri ( sekarang masih pada arloji), plastik untuk membangun rumah di bulan, plastk untuk bahan utama kerangka dan bodi mobil, kapal, pesawat, kereta api sehingga memungkinkan efisiensi pembuatannya ataupun dalam kebutuhan energi, plastik juga diharapkan mampu mengatasi problem cuci darah, pengendalian penyakit, problem genetik dan bahkan ada gila menggagas tentang sintetik kehidupan.
Dalam era krisis ekonomi, banyak barang dan bahan kebutuhan pokok masyarakat harganya naik secara tak terduga. Barang yang naik umumnya adalah barang yang banyak diperlukan masyarakat. Barang tersebut bisa bahan pangan yang setiap hari harus dikomsumsi, bahan bakar, bahan bangunan dan bahan-bahan lain yang sangat diperlukan masyarakat dan sudah sulit digantikan alternatif penggantinya. Kenaikan harga biasanya dipicu oleh langkanya barang, permintaan pasar yang sangat besar atau karena terjadi kenaikan biaya produksi.
Bersama-sama dengan kenaikan harga beras, minyak goreng, susu, minyak tanah, telur, daging, semen, besi beton ternyata plastik harganya juga ikut-ikutan naik. Bahkan kenaikan harganya ini sempat menjadi alasan untuk kenaikan barang dan bahan lain terutama yang menggunakan plastik sebagai bahan kemasannya. Alasannya bahwa harga bahan bakunya naik. Saya pernah mbaca (lama sekali) polyfinylchloride harganya Rp.72.000 per kg, sekarang tentu sudah jauh berbeda.
Kenaikan harga plastik sangat dirasakan para pedagang dipasar, toko-toko, ibu-ibu rumah tangga yang terbiasa menggunakan plastik sebagai sarana pembungkus. Tas plastik umumnya harganya naik dua kali lipat, demikian pula kertas pembungkus berplastik, plastik es, plastik untuk menaman (polybag), mulsa plastik dan lain-lain. Keadaan sulit demikian ternyata tidak menyurutkan penggunaan plastik bagai mereka. Bukankah ini semakin meyakinkan bahwa manusia sudah sangat bergantung pada plastik.
Pada sisi lain kehadiran plastik, selesai pakai dibuang dan bila terakumulasi di alam akan menjadi pencemar lingkungan yang tidak dapat didaur ulang bakteri. Hal ini akan mengganggu proses-proses alamiah yang semestinya terjadi di alam, seperti proses pembusukan, penguraian, peresapan air, dan lain sebagainya. Padahal proses-proses tersebut adalah merupakan kunci terjadinya daur energi dan daur biogeokimia yang memungkinkan terjaganya kelangsungan kehidupan organisme yang ada di muka bumi ini.
Lebih buruk lagi, mana kala manusia semakin merasa lebih baik memelihara tanaman-tanaman plastik, bunga-bunga plastik, hiasan-hiasan plastik, ornamen plastik karena dianggap lebih praktis, tidak repot pemeliharaannya, resiko kecil, dan lebih-lebih lagi sifat yang tidak mudah rusak sehingga dianggap kekal. Tidak seperti bila memelihara tanaman atau bunga-bunga alami , maka harus dirawat, dipupuk, disiram dan dikendalikan hama dan penyakit yang mungkin muncul. Hal ini tidak mustahil akan melahirkan penyakit syirik baru, yaitu orang tidak lagi mencintai mahluk Allah dan sistem alamiahnya yang fana dan tergila-gila pada apa yang seolah-olah kekal.
Akankah teknologi menjadi bumerang bagai kehidupan manusia ? Harus bagaimanakah manusia ? Marilah kita coba renungkan ! Jangan tanya pada rumput yang bergoyang saja, tapi bertanyalah dan kembalilah pada titah Dzat yang menjadikan rumput dan alam ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar