Sekarang bulan Ramadhan atau popular dengan bulan puasa, menurut keyakinan umat Islam bulan ini adalah bulan baik bulan penuh berkah dan barokah. Bagi kebanyakan orang bulan puasa adalah bulan di mana melakukan rukun islam ke empat, yaitu belajar menahan napsu, terutama makan dan minum serta hal yang bisa membatalkannya, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Bagi yang lain bulan puasa tidak sekedar menjalankan kewajiban berpuasa tetapi juga memperbanyak kegiatan ibadah, seperti melaksanakan sholat-sholat sunah, tadarus, dzikir, itikaf, dan ibadah lainnya.
Guru spiritualku mengatakan bahwa bulan puasa adalah bulan yang tepat untuk investasi laku kebaikan, beliau bilang ‘Goodness is the only investment that never fails’, kebaikan adalah investasi yang tidak pernah gagal. Pada kegiatan di bulan puasa selayaknya kita tidak melulu menekankan ibadah saja, kita perlu aksi nyata setelah memahami rasa lapar, memahami betapa nikmatnya berbuka puasa. Kita harus sadar bahwa dalam keseharian tidak sedikit orang yang selalu kelaparan, rasa lapar sudah menjadi sahabat keseharian tidak saja di bulan puasa. Berbagi rizki , kebahagian, rasa senang, membantu yang kesusahan, yang teraniaya, yang tertindas adalah beberapa kebaikan. Bagi semua orang terutama bagi orang yang tidak mampu memberi senyum, berempati, perhatian, rasa peduli adalah kebaikan yang paling murah.
Puasa kata guru spritualku lagi, semestinya harus difahami tidak sekedar mengandung pesan mengajak kita menempa batin untuk meningkatkan spiritualisas masing-masing, tetapi juga memiliki pesan yang mengajak kita untuk peduli kepada orang lain yang nasibnya kurang menguntungkan disbanding kita. Tidak sedikit pada saat bulan puasa orang-orang justru mengeluarkan belanja lebih dari biasanya untuk alasan mengahargai keluarganya yang berpuasa, survey di beberapa kota besar di Indonesia menggambarkan kenaikan belanja makanan naik hingga 30 persen. Puasa tidak lagi bisa menjadi pembelajaran hidup berkesederhanaan, tetapi justru berlebihan karena lantaran pada saat buka hidangan yang disajikan beragam hingga akan ada makanan yang tidak termakan.
Puasa mestinya bisa lebih diarahkan untuk membangun empati sosial kita, menjadi kritik dan koreksi terhadap nilai-nilai kapitalisme dan materialisme yang kian mengganggu dan merusak kesadaran spiritual masyarakat kita. Bagaimana kita melakukan puasa tanpa kemanjaan yang bertolak belakang dengan makna puasa itu sendiri yang semestinya segalanya termasuk makan dan minum bisa lebih sederhana dari keseharian tetapi tetap produktif dan spiritualistis. Bukan malah sebaliknya hidangan buka dan sahur diada-adakan, tidak hemat, dan cenderung mubajir. Terus produktitas menurun atas alasan lemas, memperbanyak ibadah, bahkan ada yang berasumsi tidur untuk meraih pahala. Sesungguhnya kalau ada dana yang lebih, atau energi yang tersisa sebaiknya di bulan suci ramadhan ini bisa disalurkan untuk investasi kebaikan, sebuah investasi yang pasti, terlebih bila dilakukan di bulan baik seperti ini.
Investasi kebaikan di bulan puasa bisa dilakukan dengan cara yang sederhana, misalnya dengan menolong orang yang sedang berkesusahan, sekecil bentuk pertolongan kita akan mempunyai nilai di hadapan Allah, berbagi hidangan untuk buka puasa, mengingatkan kelalaian orang, mengajak melakukan tindakan yang jujur, sabar, iklas, selalu ramah, murah senyum dan lai-lain. Bagi yang berkemampuan bisa akan lebih banyak peluang untuk berlaku kebaikan, selain melakukan hal di atas bisa dan memiliki peluang untuk memperbanyak amal, derma, sodakoh, zakat, dan yang lebih bagus lagi bisa memodali usaha sosial untuk mengatasi problem kemiskinan dan memerangi kebodohan. Karena dari problem kemiskinan dan kebodohan segala problem bangsa ini berakar, mengurangi permasalahan pada aspek ini akan mengurangi problem amoralitas, semacam : korupsi, perampokan, madat, prostitusi dan lain-lain. Mari kita mulai investasi dari yang kita bisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar