Rabu, 23 Juni 2010

PLASTISITAS PIKIRAN



Seorang teman bertutur tentang kegelisahannya yang baru-baru ini muncul. Kegelisahan sederhana, menyangkut komunikasi sosialnya. Ia mengeluh mempunyai sahabat terpercaya yang tiba-tiba berubah sikapnya entah karena sebab apa. Sahabat yang tadinya selalu berpikir positif, tiba-tiba dirasuki oleh semacam kegelisahan dan sikap tidak positif dalam menanggapi sesuatu hal. Komunikasinya jadi tidak harmoni karena sedikit-sedikit respon dan tanggapannya terasa tidak mengenakan. Misalnya ketika ia sedang tidak enak badan, dan cenderung diam karena menahan sakit, hal itu sudah diartikan 'mendiamkan' sang sahabat itu.

Sang teman merasa bahwa ia sepertinya sudah tidak dipercaya oleh sahabatnya, hal yang biasanya dilakukan berdua, sekarang dibutuhkan orang ketiga agar terasa 'aman'. Apa yang dilakukan, apa yang diucapkan respon dan tanggapan dari sahabatnya membuatnya serba salah. Komunikasi jadi berkurang dengan sendirinya, terlebih ditambah kesibukan masing-masing juga memang padat. Sebelumnya sepadat apapun kesibukan 'say hello' masih menjadi komitmen mereka. Jadi suasana sekarang membingungkan bagi sang teman. Mendekat salah dan menjauh juga salah.

Tentu perubahan sikap sahabat itu tanpa pemikiran panjang pasti ada sebabnya. Sayang sang teman tidak tahu pasti dan tidak mampu menemukannya dan juga belum berani menanyakan kepada yang bersangkutan secara langsung. Takut juga malah memperburuk hubungan. Hanya saja, menurutku perubahan sikap sering disebabkan oleh adanya rasa ketersinggungan, dihianati, terhinakan, sakit hati, amarah atau bisa saja cuma salah paham. Semua itu mungkin juga bisa ditunjang oleh suasana yang sedang dialami oleh sang sahabat yang mendukung untuk munculnya sikap demikian, mungkin karena sedang dirundung kejenuhan, rasa capai, gundah gulana, rasa takut, sakit yang diderita, problem keluarga dan lain-lain.

Dilihat dari aspek cara berpikir, maka lahir dan munculnya sikap yang berbeda dari biasanya itu dapat ditelusuri prosesnya. Umumnya dimulai dari ‘signal-signal yang dirasakan sebelumnya’ signal itu kemudian akan merubah pikiran, perubahan pikiran akan merubah kejernihan berpikir, lalu kejernihan berpikir akan merubah suasana perasaan hati, dan lahirlah sikap dan hasil yang senada. Hasilnya negatif kalau dimulai dari kuatnya pikiran negatif dan hasilnya positif kalau dimulai dengan pikiran positif yang kuat. Maka dari itu sikap dan keyakinan diri akan sangat menentukan proses dan produk berpikir.

Buat sang teman, sudahlah jangan resah dan jangan gundah. Tetaplah berpikir, bersikap dan berkeyakinan positif , bersabarlah kalau anda benar tidak merasa bersalah. Tetaplah berintropeksi karena itu tetap penting untuk perbaikan diri kita. Tetaplah bersahabat secara positif sebisanya, semampunya, nikmati saja bianglala hidup yang sedang terjadi. Jangan jauhi sahabat itu karena perbuatan itu tidak disukai Allah. Lagi pula yakinlah bahwa signal positif suatu saat pasti akan datang padanya untuk merubah pikiran menjadi positif, karena pikiran bersifat plastis. Plastisitas pikiran bukan berarti ketidakkonsistenan berpikir, tetapi cebderung sebagai suatu keadaan alamiah 'pikiran manusia' yang lentur dan adaptif dari informasi yang masuk. karena itu manusia bibedakan dari mahluk lainnya, ia diberi kebebasan untuk menilai dan memilih setelah sesuatu mempengaruhi pikirannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar