Minggu, 03 Januari 2010

SPIRIT PANTANG MENYERAH


Tiba di Bogor aku beruntung disambut udara cerah, jalanan tidak begitu macet, dan langsung bisa jumpa dengan kakak kandungku dan keponakan. Padahal biasanya selalu ketemu hujan, kemacetan angkot hijau di mana-mana, trus tidak bisa ketemu langsung kakak yang kesibukannya padat. Sebagai kota dengan tingkat curah hujan tertinggi di Indonesia, kota Bogor selalu menarik untuk dirindukan. Rupanya kota ini terus menggeliat berkembang ke berbagai arah mata angin, ke barat daerah Yasmim makin cantik, ke utara daerah Warung Jambu makin berkembang daerah perumahan, ke timur daerah Tugu Kujang supermarket dan outlet makin menjamur, ke selatan daerah makin eklusif dengan hadirnya Bogor Niwana Resort.

Keponakanku dah pada tumbuh besar dan dewasa, seperti lama nggak jumpa saja, padahal paling setahun nggak ketemu. Aku senang dan bersyukur, seperti halnya orang tua mereka yang melihat anak-anak tumbuh dengan wajar bahkan menurutku pikiran mereka makin berkembang positif. Semua memiliki prestasi masing-masing yang cukup membanggakan. Kesadaran kita tetap pada hal terpenting dalam pengembangan anak yaitu bagaimana menumbuhkan sikap jujur, kemampuan bakat khusus dan bagaimana bisa kerjasama.

Ketika aku memasuki kamar keponakanku yang sulung, aku tersentak lantaran kamar itu dicorat-coret dengan berbagai tulisan, dipilox warna hitam besar-besar. Aku spontan bilang: “ wo….. seperti ‘the Bronk aja !” pada Reza yang punya hobby musik dan bola. Dia Cuma tersenyum. Ketersentakanku berubah menjadi rasa retarik ketika menyimak tulisan-tulisan yang ada, tidak aku temukan coretan bernada negatif, semua positif, ada makna solidaritas pertemanan, ada kesejarahan masa lalu, ada harapan dan cita-cita, dan yang terpenting ada ‘spirit’. Di dinding itu tidak sedikit kalimat ‘not for lose’, ‘noting for lose’ dituliskan dengan tegas. Baju bekas seragam sekolah yang penuh corat-coret penanda syukur pasca pengumuman ujian, ada piala-piala dan tropy.



Malamnya aku diajak keponakanku yang cantik yang suka ngomel ketika ada yang salah dengan kita untuk nonton film 'Sang Pemimpi' di Botani Squar IPB Baranangsiang bersama kedua orangtuanya dan satu sepupunya yang kukuh bercita-cita sebagai polisi. Sepulang habis nonton film aku merenung, rasanya mengerucut sudah hikmah perjalananku ke Jakarta - Bogor, memang orang harus memiliki spirit pantang menyerah. Spirit ini penting untuk menjaga agar kita tetap berjalan di jalur harapan, cita-cita atau mimpi yang kita patok.



Jadi ketika ada teman-teman S3 pada sms atau telpon mengeluh konsep proposalnya terus-menerus dibokar dan disalahkan para profesornya, aku cuma bilang dengan jawaban klasik, 'sabar, itu semua proses yang harus kita jalani, studi s3 harus disadari bukan cuma sekedar belajar tentang 'sain dan teknologi' tapi juga belajar kesabaran, ketekunan, kejernihan berpikir, komunikasi, tenggang rasa dan sofies atau kebijaksanaan'. Ya, itu kenyataan. Banyak mereka yang telah menjalaninya studi S3 mengatakan demikian. Masing-masing orang memiliki ragam, porsi dan kadar masalah sebagai sumber pembelajaran yang berbeda-beda. Bahkan dilihat sumbernya masalah sebagai sumber pembelajaran tidak selalu datang dari para profesor yang berperan dalam pembelajaran kita, tapi bisa jadi dari diri kita, sahabat kita, dari keluarga kita, atau orang tercinta kita.


Seorang teman merasa hal yang menjadi masalah adalah aspek ekonomi, bagaimana ia mengatur uang miliknya untuk keperluan hidup rumah tangganya, studi anak-anaknya dan studi dirinya sendiri. Sampai kadang muncul keluhan, " sebenarnya yang lebih urgen ia yang harus sekolah atau anak-anaknya ?". Teman yang lain bercerita ia punya problem rumah tangga yang 'sangat rumit', yang lain punya hambatan komunikasi dengan dosennya yang susah terperbaiki, banyak yang punya problematika disertasi yang ngambang, dan lain-lain. Semua problematika dipengaruhi oleh cara hidup, cara belajar, cara kerja, pola komunikasi, konsistensi, fasilitas, kesempatan, dan lain-lain yang tiap orang tentu berbeda.


Perbedaan itu harus kita sadari sebagai fitrah yang diberikan Sang Pencipta, harus dihikmahi dan bisa menjadi pembelajaran yang baik bagi kita. Kita tidak perlu iri ketika seseorang teman bergerak di depan kita, kita tidak perlu membanding-bandingkan perolehan kita dengan orang atau teman yang lain. Karena memang problematika kita berbeda-beda. Yang perlu di bangun adalah bagaimana kita sama-sama memiliki 'Spirit Pantang Menyerah' , semangat ini harus dilahirkan dan ditumbuhkan bersama mimpi-mimpi kita. Ingat bahwa 'pada setiap kesulitas pasti ada jalan keluar'. Kalau kita berusaha pasti kita bisa.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar