Minggu, 10 Januari 2010

RASA TAKUT

Seorang teman menulis sms kepadaku, yang intinya menantang aku untuk melakukan hal yang selama ini tidak berani aku lakukan. Temanku memahami betul diriku, karena dialah sahabatku tempat di mana aku biasa berbagi cerita, atau dia bercerita padaku, kami telah sepakat untuk saling percaya dan menjaga rahasia. Katanya ' harapan harus diperjuangkan, keinginan harus diaktualisasikan, pergulatan adalah hal biasa dalam hidup, kau harus berani menang tapi juga harus bisa menerima kalah'.
Permasalahannya aku tidak merasa punya energi berpetualangan yang memacu andrenalin, aku orang yang biasa-biasa saja. Kebiasaan berpikir positif, selalu melahirkan kontradisi pilihan agar jangan memilih aktifitas yang beresiko, sementara di sisi yang lain aku sering ingin merasakannya. Petualang besar mengatakan bahwa hidup itu selalu memberi kesempatan untuk diisi dengan berbagai pengalaman, kanvas kehidupan terbuka oleh goresan berbagai warna yang kita inginkan. Siapkah kau untuk berbeda atau berubah dengan cara melawan ketakutanmu ?

Berbeda tentu saja, karena ego dan keberanian akan merasa dimenangkan, diberi angin padahal biasanya terbelenggu atau dibelenggu. Beranikah kau menghadapi kenyataan akan adanya perubahan pada dirimu ? Berubah menjadi berani kadang bisa melahirkan 'keakuan yang berlebihan', lalu 'ketidakpedulian' yang semua cenderung mengesampingkan rasionalitas, menafikan rambu-rambu kewajaran. Kita sering dengar bahwa bagi seorang petualang pemberani hutan adalah jalan raya, tebing curam adalah tangga biasa, bermain di laut seperti di lapangan sepakbola saja, sepertinya tidak ada rasa takut di dada mereka.

Pada saat aku masih remaja, mungkin aku pernah dibilang pemberani sebab di antara teman temanku akulah yang sering berani menerima tantangan. Pernah suatu saat terjebak di puncak gunung dengan hutan yang terbakar, aku nengambil resiko membantu teman-teman yang terjebak di kobaran api dan kepulan asap sementara teman yang lain cenderung menyelamatkan diri sendiri, naik turun puncak dengan cara seenaknya, berani menuruni kawah yang penuh asap belerang untuk mengambil bantuan makanan yang dijatuhkan dari pesawat . Sekarang keberanian itu tidak pernah lagi ada, sekali-kali ada terutama hadir ketika dalam keadaan terpaksa atau terdesak.

Seseorang dikatakan berani ketika ia mampu menguasai rasa takutnya. Bagaimana caranya menguasai rasa takut ? Yaitu dengan cara mengenal ketakutan itu, dan upayakan rasa itu untuk tidak bertahan lama dalam diri kita, pikirkan hal lain sejenak, lalu kuasailah, yakini bahwa rasa takut itu merupakan awal dari masa depan yang lebih cerah, jadikan ia sebagai energi motivator untuk memenuhi keinginan hidup kita.

Berdasar hukum alam kita tahu bahwa semua makhluk yang diciptakan di alam raya ini pastilah ada gunanya. Demikian pula berlaku pada rasa takut. Tidak seluruh rasa takut yang kita miliki berfungsi menggagalkan rencana sukses kita sebab pada dasarnya rasa takut adalah kekuatan (power) potensial yang kalau diaktualkan dapat mendukung rencana kesuksesan kita. Aktualisasi rasa takut menuntut persyaratan mutlak kita sebagai pemilik perasaan, untuk mengerti rasa takut itu. Kita perlu mengasah kecerdasan emosi yang salah satu pilarnya adalah menguasai ego atas muatan pikiran dan perasaan ketika sedang merasakan sesuatu. Begitu ego yang menguasai kita rebut maka kita bisa mengubah atau memberdayakan rasa takut yang oleh pendapat para pakar memiliki daya dorong tinggi. Ahli psikologi mengatakan : "Ada dua motivator dalam diri kita yaitu: motivator menginginkan sesuatu dan menghindari sesuatu. Motivator kedua lebih perkasa mendorong seseorang ketimbang motivator pertama.
Jadi untuk sahabat-sahabatku, kita harus manfaatkan rasa takut itu, dan jangan membiarkan diri kita dimanfaatkan olehnya! Jadikan rasa takut itu sebagai banteng kita, jangan malah melumpuhkan diri kita! Maka apa yang kita butuhkan adalah menguasai rasa takut agar dapat digunakan sesuai kepentingan kita untuk menginginkan atau menghindar secara positif. Untuk itu baiknya kita memiliki keberanian berinisiatif, punya pendirian yang kuat, berintegritas, terus meningkatkan kemampuan dan keahlian, memiliki daya dukung lingkungan yang kuat. Nah, kapan aku dan kau menjadi berani ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar