Rabu, 29 Februari 2012

SALAH KAPRAH

Mengikuti diskusi di masmedia, topik hangat yang lagi naik daun dikupas adalah mengenai banyak pihak yang menganggap banyak politisi kita yang  suka berbohong. Salah satu yang dicurigai bohong adalah keterangan Anggie ketika menjadi saksi kasus M Nazaruddin. Sepertinya keadaan tersebut makin membenarkan klaim para pemuka agama beberapa waktu yang lalu bahwa punggawa 'pemerintah' negeri ini telah banyak melakukan kebohongan.Makin hari makin terkuak, makin terang benderang kebusukan-kebusukan para punggawa negeri yang telah kita percayai memimpin bangsa dan negeri ini. Korupsi makin-menjadi-jadi, kemiskinan bukan berkurang malah makin bertambah, pembangunan terseok-seok, bencana, kekerasan menjadi hal biasa yang menyedihkan.

Seorang guru mengatakan keadaan negeri ini sudah salah kaprah. Pembenahannya sangat sulit, banyak hal kondisinya berada pada tataran yang tidak semestinya. Misalnya, kita bicara Anggota Dewan yang terhormat, kenyataannya kita semua tahu banyak berisi orang-orang yang gila hormat dan tidak layak dihormati. Lagi misalnya Hakim yang mulia, bagaimana bisa mulia kalau dalam menangani persidangan keseimbangan dia tidak menyadari bahwa ia lagi sebagai 'Tangan Tuhan " sehingga putusannya semestinya tidak terpengaruh oleh lembaran dolar, emas batangan, kekuasaan atau ancaman.Misal lagi 'polisi' sebagai aparat penegak hukum banyak kita tahu banyak yang bermain manipulatif dan kolutif, yang punya uang dibelani dan yang miskin dan tak berdaya dipenjarakan.

Pendidikan, kebenaran, moralitas bukan hal menarik lagi karena semua tidak memiliki arti di masyarakat, semua bisa dibeli dengan uang, kolusi dan nepotisme. Buat apa susah-susah belajar, orang yang tidak tamat sekoilah atau kuliah bukan rahasia lagi mereka bisa dengan uang ia dapat ijasah dan gelar doktor sekalipun. Kerja, jabatan, karir, kedudukan, pendapatan tidak banyak similar dengan jenjang kecakapan, kepandaian dan pendidikan. Seorang profesor yang untuk mendapatkannya sedemikian sulit, gajinya masih kalah dengan   seorang sarjana yang kerja di perpajakan. Kebenaran bukan hal yang membanggakan karena bisa dipelintir sedemikian rupa dengan uang dan kebohongan jamaah. Moralitas juga bukan hal yang 'adi luhung' dan menarik untuk diperjuangkan, karena sekarang banyak menjadi kedok para pemimpin, politis, 'ulama' untuk mencapai kehendaknya sehingga susah dicerna positifnya.

Saya setuju dengan seorang Suhu dari China, yang menyarankan rakyat Indonesia meniru bangsa China mengatasi problem keterpurukannya dahulu, yaitu dengan melakukan 'revolusi berdarah'. Semua koruptor dan orang yang salah besar pada kebobrokan negara dihukummati dan hartanya disita untuk negara. Cuma saya pikir juga akan sulit pelaksanaannya, mungkin karena lantaran banyaknya orang yang harus dihukum mati. Usul menarik dari teman di Banyuwangi, yaitu dia berpendapat bagaimana bisa tidak dukun-dukun santet bersatu, menyepakati sebuah santet nasional berkait korupsi, siapa yang benar-benar korupsi akan menderita penyakit aneh dan mematikan. Mungkin dengan cara demikian kesalah kaprahan bisa diperbaiki, bisa menjadi momok dan hal menakutkan orang yang akan melakukan. Ah....Ngoyoworo...   
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar