Sabtu, 23 Juli 2011

NYANYI SENDU DI TORAJA


................
kabut menyapa pandangku
dingin mengeryutkan pori-pori sekujur tubuhku
sejauh mata memandang cakrawala seperti beludru membalut bukit kapur
aroma bebungaan, cericit burung dan dendang tari anak-anak sekolah
aku terdiam di antara 'tongkonan' tempat kami singgah
dan merebah
terasa seperti di surga yang mengawang di atas awan
membuatku terkesima
di sini lagi-lagi kutemukan diriMU

................
sepanjang jalan sering aku lihat
cengkrama kerbau dengan burung sawah bersama petani yang tangguh
kadang di balik bilik kayu perempuan tua wajahnya bergurat kesabaran
memilin-milin kapas menjadi benang
menggerakan alat penenun dengan tangan dan kakinya yang perkasa
teman-temanku terharu biru

....................
di ujung perkampungan Pala'tokke ada Rambu Solo
orang-orang berkumpul di balai tongkonan
di rusuk tengah puluhan tanduk kerbau bicara ketokohan sang empunya
aku dengar nyanyi sendu di timpa gemerisik daun bambu
mewartakan kedukaan
lalu ada geliat darah puluhan 'todung' dan babi-babi
yang menggelepar di antara batu-batu megalitik
lalu doa-doa dilafalkan
gerak tubuh, tatap mata, kata hati
ditambatkan pada yang tak kasad
: persembahan padaMU

aku tak bisa berhitung
betapa besar pengabdian Tanah Toraja pada kematian
pada nyanyi sendu hilangnya orang tercinta
pada harapan kedamaian alam baka
.....................
di sini aku dibisiki
tak ada beda
semua kepercayaan menggariskan 'korban'
sebagai ujian keimanan
....................
untuk hidup ......
kekal bersamaMU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar