Seorang teman smaku berbicara lewat telepon rumah bahwa hpnya sedang rusak, jadi minta maaf tidak bisa komunikasi lebih baik. Sementara hpnya lagi diservis, ia dipaksa puasa ‘fb, bbm, chatting’ untuk sementara waktu, entah berapa lama, kata tukang servis paling seminggu. Teman-teman se group yang denger problermnya, langsung mendorong sang teman dengan berbagai cara untuk tetap bisa bercengkrama ria di dunia maya secepatnya, yang seru ada langsung usul ‘buang aja bb itu lalu beli yang baru’. Katanya ia hampir tergelitik juga untuk membeli hp baru, tetapi kemudian urung ketika sang suami bicara: “ Jangan paksakan diri, mungkin ini kenyataan yang harus kau terima, kau harus istirahat, jeda dari jalinan modernitas yang menurutku banyak menghabiskan waktumu. Kau harus bisa gunakan waktumu tanpa ‘keasyikan jejaring maya’ untuk sedikit ‘intropeksi diri’ ”.
Intropeksi diri ? Sang teman kemudian bercerita. Ya, aku memang sering berdebat dengan suamiku semenjak aku aktif di jejaring maya. Tetapi aku selalu bisa berargumentasi hal-hal positif yang nyata-nyata aku peroleh, tanpa mengganggu karir kerjaku, karirku tetap bagus bahkan naik. Hal positif yang aku peroleh: banyak teman, banyak belajar kehidupan, bisnis kecil-kecilan lewat dunia maya jalan, tidak gaptek, bisa berbagi, silahturahmi bertambah. Kalau sudah aku jelaskan demikian, suamiku tidak bisa mendebat, tapi aku faham pilihan suamiku berbeda. Ia sangat bersahaja, ke mana-mana ia cukup bawa hp butut yang sangat jauh dari ‘up to date’, fungsinya hanya untuk telpon dan sms saja. Komunikasipun cenderung terbatas untuk aku dan anak-anakku, keluarganya dan kolega kantor. Sungguh aku tidak tahu apa yang ada dipikirannya yang paling dalam……tentang jejaring maya.
Teknologi besar memang selalu demikian, hadir selalu memudahkan kehidupan sekaligus memanjakan manusia. Tenologi listrik dan lampu memudahkan manusia mendapatkan penerangan dan energi gerak tanpa harus bersusah payah. Tenologi aeronotik mampu menghadirkan produk dan system penerbangan yang memudahkan manusia bergerak cepat dari satu tempat ke tempat lain di dunia yang jaraknya ribuan kilometer dengan jarak tempuh yang cepat. Teknologi plastik mampu menghadirkan produk plastik beraneka ragam dan fungsi, mulai dari fungsi sederhana sebagai pembungkus hingga fungsi spektakuler sebagai pengganti alat tubuh atau perbaikan bagian tubuh manusia. Bioteknologi menghadirkan rekayasa genetik yang memudahkan manusia mengutak atik gen mahluk hidup untuk mengatasi problem penyakit, produktivitas, keamanan, pencemaran lingkungan dan lain-lain.
Teknologi sering diibaratkan sebagai pedang bermata dua, selalu hadir membawa dua kemungkinan pemanfaatan, yaitu kabaikan atau keburukan. Semua itu tergantung bagaimana manusia yang mengembangkan dan menggunakannya. Pengembangan teknologi dan pemanfaatan oleh orang-orang jahat dan tidak bertanggung jawab akan memberi dampak buruk kehidupan. Listrik pernah menjadi alat pembunuhan, pesawat ada yang digunakan sebagai alat perang dan membombardir manusia dari udara, bioteknologi digunakan sebagai senjata genosida yang merusak ketangguhan genetik manusia secara perlahan, teknologi kimia digunakan untuk mendapatkan senjata racun syaraf yang mematikan, teknologi atom digunakan untuk bom atom yang dasyat. Seringkali batas antara dampak positi dan negative begitu tipis, sehingga kita sulit membedakannya.
Ketipisan batas antara kemanfaatan positif dan kenegatifan teknologi dunia maya juga bisa kita rasakan, itupun tergantung bagaimana manusia mengembangkan dan memanfaatkannya serta dari mana kita memandangnya. Ketika teman yang bertutur di atas, harus berdebat dengan suaminya yang keluar sebagai jawaban mbela diri adalah hal-hal positifnya. Tetapi kalau kita lihat dari segi lain terjadinya penyalahgunaan teknologi dunia maya, misalnya: pornografi, hampir sudah menjadi rahasia umum banyak anak-anak di bawah umur yang semestinya belum waktunya mengenal ‘kegiatan orang dewasa’ diketahui banyak yang sudah melihat lewat internet, implikasi lain berupa penculikan gadis di bawah umur, prostitusi maya, pencemaran nama baik dan lain sebagainya. Belum lagi kalau kita cermati dari ‘waktu’ dan ‘produktivitas’. Anak-anak sekolah banyak yang tercuri waktu belajarnya gara-gara internet dan keasyikan canda di dunia maya. Canda yang sederhana, seperti: sapaan…., gumam, omong yang tiada juntrungnya, menggoda, merayu, bohong, berkelakar, membuat sensasi, dan lain-lain. Tanpa sadar itu dilakukan dengan mengorbankan waktu yang dapat digunakan untuk kegiatan produktif sebenarnya.
Ketika guru spiritualku saya ajak bicara tentang hal ini, ia berkata: ‘ Teknologi adalah hal yang selalu mengikuti perjalanan kehidupan manusia, teknologi selalu lahir, berkembang, berubah bersamaan dengan perubahan pikiran manusia. Karena itu manusia harus siap dan antisipatif terhadap buah pikirannya sendiri. Dunia maya yang tumbuh demikian pesat, sebagai buah pikir manusia, seringkali kalau dipikir panjang sesungguhnya telah menjadi candu buat ‘harkat’ kemanusiaan itu sendiri. Naif, bohong rasanya, ketika orang bersembunyi di balik alasan berkutat di depan kumputer atau bb adalah menambah silahturami melalui jejaring pertemanan. Kalau ia mau merenungkan, sesungguhnya ia sedang melakukan aktivitas ‘mendekatkan tali silahturahmi yang jauh, tapi dengan mengorbankan, menjauhkan atau merenggangkan tali silahturahmi yang sudah dekat’. Kini betapa banyak suami, istri, anak mencuri-curi waktu bercanda di dunia maya, saling tersenyum sendiri di sudut masing-masing, yang seharusnya bisa digunakan untuk membangun, menghidupi, memperindah ‘harmoni keluarga’ mereka secara bersama. Kita memang harus sadar dan mulai berubah.
(Trims buat Ani & keluarga di Jkt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar