Anakku perempuan tak mampu melambaikan tangan ketika peluit pengatur jalannya kereta berbunyi dan kereta mulai bergerak, lambaian tanganku tak dibalas, ia hanya menunduk dengan air mata bercucuran di pipi kecilnya. Istriku di sampaingnya tersenyum melambaikan tangan untukku, sambil menepuk pundak bahu gadis kecil itu yang mulai tumbuh dewasa. Aku tetap berdiri di depan peron stasiun memandang kereka yang mereka tumpangi makin menjauh dan menjauh kemudian benar-benar lenyap dari pandangan . Aku meninggalkan stasiun dengan perasaan yang tidak nyaman, berbagai pertanyaan bermunculan. Sejumput kemudian hpku berbunyi, pesan singkat dari anak gadisku: “ Papa, aku masih kangen……”, membaca pesan itu, aku kembali trenyuh.
Aku bisa mengerti perasaan anak perempuanku satu-satunya itu, dari kecil ia paling dekat denganku, tapi …..ya, semua anakku dekat denganku. Bagaimana tidak, ketika ditinggal mamanya tugas belajar hampir enam tahun aku tidak saja menjadi ayah mereka tetapi juga ibu mereka. Saat belakangan ini aku banyak tugas ke luar kota, walau sesungguhnya hal itu sudah biasa. Namun kali ini karena untuk suatu hal aku harus juga tinggal di Surabaya untuk beberapa waktu secara berturut-turut, maka praktis hampir satu bulan aku tidak ketemu mereka. Wajar kemudian lahir kerinduan. Sehingga habis ujian catur wulan, ia minta pada mamanya untuk mengantar dirinya ke Surabaya menemuiku. Tetapi karena volume kerja, tidak mungkin aku bisa berlama-lama memenuhi keinginan dia, waktuku hanya terbatas pagi hingga sore, dan itu baginya belumlah cukup mengobati kerinduannya. Maafkan anakku, tetapi kamu juga harus belajar , bahwa dalam hidup harapan tidak selalu bisa kita dapatkan sepenuhnya.
Kangen atau kerinduan adalah kejadian atau kondisi alamiah yang lumrah, bisa terjadi pada siapapun yang memiliki jalinan emosi, entah karena alasan cinta, kasih, suka, saling membutuhkan, saling menghargai, saling menghormati. Kerinduan adalah sebuah harapan atas penghargaan pada sesuatu hal, misalnya makna kehadiran seseorang, kedekatan seseorang, kebersamaan seseorang dengannya, tempat atau makanan istimewa yang pernah terasakan dan berkesan mendalam. Kerinduan merupakan kebutuhan hidup, kebutuhan yang perlu kita hargai dan perlu menjadi pertimbangan untuk kita memenuhinya. Jiwa yang diluluri perasaan kasih, cinta, suka, rasa menghargai, menghormati tidak mungkin mengingkari dan menyepelekan kerinduan.
Menyangkut problem ini Guru spiritualku berpendapat bahwa kerinduan adalah seperti gelas mengosong yang berharap untuk diisi, kalau tidak diisi akan terisi oleh butir keresahan. Kerinduan anak perempuanmu adalah kerinduan kehadiranmu yang selama ini dianggap bermakna, dekat dan memenuhi harapan dirinya. Ketika ia menangis, berarti gelas kosong itu belum cukup terisi dan butir keresahan mulai mengisinya lalu menjadi gejolak kesedihan, lalu tangis menjadi tak tertahankan karena kerinduan menjadi tak terbayarkan. Aku mengerti, kerinduan memang menggelisahkan, apalagi buat anak sekecil anakku, buat orang dewasa saja kerinduan yang memuncak bisa berujung pada pilihan hidup yang justru merusak. Kita mesti belajar bagaimana mengelola kerinduan, hingga ketika muncul ia justru bisa menjadi energi positif kehidupan kita.
Seorang teman melengkapi kegundahanku menyangkut kerinduan ini, dengan cerita tentang bagaimana penyikapannya terhadap problem kerinduan yang tak terbayarkan juga. Ia pernah berada pada kondisi puncak kerinduan pada seseorang yang sangat mempengaruhi kehidupannya dulu. Ia hanya merasa ingin menghargai, menurutnya kesuksesannya kini karena pengalaman masa lalu, karena orang-orang yang dekat dengannya dulu. Ia merindukan kabar atau pertemuan kalau mungkin bisa terjadi setelah puluhan tahun waktu memisahkan mereka. Ia mesara bertahun-tahun ruang kosong di hatinya yang selalu berharap bisa diisi. Doanya terkabul, ia mendapat kabar , lalu terjadilah sedikit komunikasi, dan ruang kosong di hatinya mulai terisi. Tetapi hal itu tidak berlanjut, tiba-tiba komunikasi putus sama sekali. Kegelisahan kembali menjalar, kerinduan membentuk ruang kosong lagi. Tempaan hidup, kedewasaan, kesabaran membimbingnya mengerti. Ia harus sadar, tidak boleh ia berharap banyak, ia sadar bahwa kerinduan tidak bisa diukur dari satu sisi. Mungkin saja bagi saya ia sangat istimewa, tapi siapa tahu buat dia saya biasa-biasa saja di hatinya. Rindu tak terbayar juga bisa terjadi karena situasi kerja, status ekonomi, status social, rasa malu, kecewa, tidak percaya diri, kesombongan, ego yang lebih yang memungkinkan tagihan kerinduan tidak terlunaskan. Kuncinya melawan kerinduan adalah: sabar, tetap kerja, terus nikmati saja hidup dengan rasa syukur.
(Maaf untuk anakku, kau,
teman Fabio 83 yang jadi ngumpul di PWT,
karena aku tidak bisa melunasi rindu)
(Maaf untuk anakku, kau,
teman Fabio 83 yang jadi ngumpul di PWT,
karena aku tidak bisa melunasi rindu)