Ini namanya gayung bersambut. Betapa tidak ! Tulisanku berjudul 'bercermin' ternyata kebaca teman lamaku yang terbilang dulu 'istimewa' buatku. Dia merasa disinggung. Lebih tepat nada bicaranya sesungguhnya bangga, dia mengatakan 'hai kamu masih ingat aku rupanya ?'. Prinsip aku happy, dia beralasan karena memang dia benar-benar takut cermin. Dari 'bercermin' munculah 'cermin diri', dan kali ini beberapa temanku memberondongkan amunisi pertanyaan menyangkut hal sekitar itu. Salah satunya bertanya bagaimana kita bisa menemukan gambaran 'jati diri' yang jelas, bisakah kita merubahnya sesuai dengan yang kita inginkan ?
Aku ingat, ada seorang teman memiliki permasalahan dengan keacuhan diri pada kondisi fisik dirinya yang mulai mengembang ke samping dan kondisi perut menggelembung. Dan ia akan gerah, ketika sahabat-sahabat mengingatkan pola hidupnya, teman ini dengan pandainya akan menerangkan berbagai kesibukannya yang seolah-olah menjadi penyebab 'sedikit obesitas' dirinya, ia akan mendebat kalau ada yang mendesaknya, bahkan kalau perlu balas menyerang. Cara mengelak tersebut tidak disadari menjadi pilihan ia 'menjauhi kesadaran' akan kekurangan dirinya.
Padahal jika direnungkan, sapaan orang lain menyangkut kondisi fisik kita sesungguhnya menggambarkan harapan orang lain terhadap diri kita yang positif dan hal itu kalau diakui secara jujur sesungguhnya sama dengan harapan kita. Sesungguhnya hal itu hanya menyangkut permasalahan kesadaran berpikir dan kesadaran berbuat saja. Menyadari kelemahan sesungguhnya bukan hal buruk, tetapi harus diyakini justru merupakan kelebihan kita. Pada posisi seperti itu kita bisa mendorong energi kita untuk berupaya bagaimana menyeimbangkan antara harapan dan kenyataan, sehingga kita melakukan perubahan diri.
Ruh bercermin untuk menggali kejelasan jati diri adalah 'kesadaran dari ketidaksadaran'. Kosa kata modern menyebutnya 'self awarness' yaitu suatu kemampuan bagaimana kita bisa melihat pola pikir, perilaku kita yang berada di fenomena 'ketidaksadaran' dan mengangkatnya serta menempatkannya dalam alam kesadaran. Karena dengan cara menyadari barulah kita bisa 'mengatur'nya sesuai keinginan dan harapan kita. Untuk bisa sadar dan menyadari dibutuhkan ketajaman persepsi dan observasi terhadap diri sendiri, baik pada aspek fisik maupun mental serta psikologis yang mewarnai dalam diri kita.
Untuk teman yang memiliki permasalah kondisi fisik di atas tentu harus diawali dengan kesadaran akan harapan dan kemampuan diri yang realistis, ini akan membantu melahirkan keputusan dan sikap yang pas, melakukan perubahan kegiatan dengan skala prioritas, tentu jangan lupa untuk mengembalikan sosok ideal anda 'seperti kondisi dulu sebelum menikah' perlu ada program 'diet' dan olah raga terprogram yang dilakukan secara konsisten, 'dinikmati', sehingga terasa enteng dan happi. Konon kata yang sudah menjalaninya, tantangannya cuma di awal ketika seseorang baru akan memulainya.
Selanjutnya, ringankan perasaan dengan meyakini yang bermasalah bukan kita saja bahwa tiap orang dilahirkan dan hidup di dunia memiliki permasalah sendiri-sendiri, ada yang memiliki kemampuan komunikasi yang jelek, ada yang memiliki permasalahan cinta, ada yang memiliki permasalahan kesehatan, ada yang memiliki permasalahan seksual, ada yang memiliki permasalahan penghasilan, ada yang memiliki permasalahan rupa, ada yang memiliki permasalahan kebiasaan dan lain-lain. Bila permasalahan itu tetap dibiarkan menjadi misteri, kesadaran diri tidak akan lahir, maka hal itu akan merugikan kita sendiri lantaran keadaan akan menjadi sulit berubah.
Kata orang bijak, bahwa self awarness akan mudah digapai dengan jalan kontemplatif, suatu upaya 'mengosongkan' pemikiran, pandangan dan pendapat mengenai diri sendiri, sehingga kita bisa lebih transparan menelanjangi diri kita yang sebenarnya. Janganlah kita mengembangkan harapan yang tidak terselesaikan, jangan kita membangun selubung yang menutupi kelemahan dan kekurangan kita, jangan kita lupakan kesadaran, jangan kita lupakan teman yang mengkritisi kita dengan perhatian dan keiklasan , jangan nafikan kecintaan dan harapan orang-orang terkasih kita, selalu sadar bahwa kita manusia biasa, mahluk yang memiliki segudang kekurangan (-) dan kelebihan (+). Maka Ayo Bercerminlah.