Saya paling suka mendengarkan radio SS setiap kali menjalani rutinitas berkendara dari Malang ke Surabaya. Banyak hal bisa saya petik nilai positifnya, mulai dari info terkini kondisi jalan yang akan saya lalui sampai dengan mendengarkan diskusi aktual tentang sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang baik masalah nasional maupun daerah. Saya sering tertolong dan terhindar dari kemacetan jalan di Porong atau di jalanan Surabaya karena semangat berbagi informasi situasi jalan dari banyak orang ke radio ini. Kadang juga mendapat kata-kata bijak, atau informasi pengalaman dari orang tentang penipuan, tentang kiat sukses dan lain-lain.
Dari mendengarkan radio SS sering juga kita tahu kejadian kecelakaan di mana, apa dengan apa korbannya ada tau tidak dan lain-lain, yang bisa bikin trenyuh karena korbannya mengenaskan misalkan. Atau bisa bikin mangkel karena kecelakaan yang terjadi akhirnya membuat kemacetan dan memaksa setiap pengguna jalan lainnya melaju lambat atau bahkan bisa terhenti berjam-jam. Lebih parah pernah terjadi jalanan macet seharian penuh lantaran ada truk trailer yang membawa muatan besi cor tiba-tiba remnya gancet dan membuatnya mogok di tengah jalan tol, evakuasi sangat sulit karena tidak memungkinkan penyelesaian dengan system dongkrak karena beratnya beban. Dan hari ini aku dengar hal yang menyedihkan sekaligus memprihatinkan, dilaporkan seorang lelaki 59 tahun mengendarai sepeda pancal diserudug truk yang melaju di bahu kiri jalan dengan kecepatan tinggi hingga melindas bagian dada ke atas lelaki itu dan nyawanya tidak tertolong.
Sejenak ketika saya masih menelan rasa kesedihan, di radio SS terdengar telepon bordering, dan seorang lelaki menyampaikan rasa berterima kasih mendapatkan informasi tentang kecelakaan tersebut, karena informasi yang disampaikan radio SS menyangkut lelaki yang celaka itu, mengarah pada seperti ciri teman kantornya. Walau masih ragu, ketika disampaikan ke teman-temannya, mendorong juga rasa ingin tahu dan ikut mengecek ke rumah sakit tempat sang lelaki diotopsi, dan akhirnya diketahui bahwa dugaannya adalah benar. Dari penuturan sang penelepon bahwa lelaki yang mengalami celaka adalah seorang lelaki yang idealis, orang ingin menjaga kesehatannya dengan menyikapi selalu naik sepada pancal ke kantornya. Setiap hari kerja ia memilih mengayuh sepedea dari Gedangan hingga Perak tempatnya ia kerja. Fasilitas mobil dinas yang diberikan oleh kantornya tidak pernah mau dimanfaatkannya karena semangat ingin sehat.
Idealisme yang positif ternyata tidak selalu membawa hasil positif, kalau kita melihat kejadian di atas justru idealism membawa kekonyolan. Mungkin orang akan bicara bahwa semua itu sudah takdir sebagai nasib orang itu. Tetapi menurut saya bahwa lelaki itu adalah telah jadi korban ‘kebrutalan’ orang yang tidak memiliki rasa tanggung jawab, tidak memiliki kesadaran bahwa jalan adalah fasilitas umum, tidak memiliki toleransi, mestinya orang ini sadar bahwa di jalan nasib orang lain ditentukan oleh sikap dan tindakan dirinya demikian sebaliknya. Sesungguhnya peraturan lalu lintas di jalan sengaja dibuat agar semua pengguna jalan bisa saling memahami hak dan kewajibannya di jalan. Petunjuk, peringatan, larangan harus dimengerti dan dipatuhi sehingga kecelakaan bisa dihindari.
Tetapi itulah yang namanya ‘brutalisme’, sebuah sikap yang cenderung seenaknya sendiri, maunya menang sendiri, tidak memiliki empati, suka melanggar aturan, seenaknya merusak tatanan, tidak miris menghilangkan nyawa orang yang justru mematuhi aturan, Kenapa sekarang banyak orang brutal di mana-mana, sedang sakitkah masyarakat kita ? Sepertinya memang masyarakat kita sedang sakit, yang namanya toleransi sudah tercabik dari tatanan masyarakat kita. Toleransi dibungkam oleh gerusan masalah ekonomi, politik dan persatuan.
Guru spiritual saya mengomentari bahwa memang sekarang sudah saatnya sikap toleransi diajarkan dan dikembangkan kembali pada masyarakat kita, agar ketenangan dan kebahagiaan hidup bisa lebih dijamin pencapaiannya. Sebab kalau dibiarkan dan terus terjadi di berbagai tatanan masyarakat, hal tersebut bisa menjadi perusak moralitas bangsa. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang santun , jangan biarkan orang-orang yang ada di sekitar kita selalu diliputi rasa takut, dan merasa terancam di rumahnya sendiri atau di negaranya sendiri. Tunjukan perilaku kita yang santun, buatlah siapapun bisa merasa berada di Indonesia dengan nyaman, merasa lebih baik dan lebih berkesan. Sehingga kalau itu orang asing, mereka akan rindu dan kembali datang dengan suka ria. Ingat bahwa untuk merubah kebrutalan tidak mungkin dilakukan oleh satu orang, siapapun anda bisa ikut merubah hal itu. Sampailkan dan yakinkan pada setiap orang bahwa hidup itu berharga, kalau hal itu terus ditumbuhkan yakinlah bahwa keyakinan itu akan mampu menumbuhkan sikap perhargaan hidup itu sendiri .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar