CAKRAWALA BENING: PUISI 61014

Senin, 06 Oktober 2014

PUISI 61014

...........

aku ingin kidungkan lagu sendu
iringi sesayup jejak kaki menjauh
dari tambatan temali
aku tak tahu mengapa
terjadi.................
ini tempaan sabar
sabarmu untukku.............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Puisi 8112011

MEMOAR BOGOR

...........................

malam ini ku temukan diriku

tergeletak dalam kerinduan anak-anak dan istriku

karena terbawa gairah kecintaan yang lain

yang tak mungkin aku

tinggalkan juga

di balik bayang pohon-pohon tua kota Bogor

aku lihat bayang dirimu...bayang diri kita

bayang hitam dan bayang putih

bicara baranangsiang

buku-buku

dan waktu

aku sadar engkau adalah nafasku

maka jangan lagi kirimi aku keraguan

berilah aku kesadaranmu

tuk mengingat janji

kembali ke jalan semestinya

atas kesempatan

purba kita

PUISI NOVEMBER 19

MAAFKAN AKU

.........malam hari setelah angin membisikkan kekecewaanmu
aku bertanya tentang dunia ideku
yang tengah buntu untukmu
aku sendiri tidak mengerti
seperti beku
sebeku hangatnya matahari di gelap malam
wajahmu tak pernah membayang
suaramu tak pernah terdengar
seperti sengaja meninggalkanku
bercanda dengan keasyikan sendiri

........dasar aku
mana aku peduli dan mau mati
masih ada ketulusan dan kehangatan di sekelilingku
bahkan aku temukan bungaku yang hilang
dia masih menebar keharuman
bahkan bisa melahirkan kata-kata cemerlang

kalau ada salahku
tak bisa melahirkan untukmu sebaris kata
saat kau bahagia seperti yang lalu
aku ingin angin malam katakan padamu
kata maaf dariku
...............lalu esok
: ketika matahari hangatnya menyapaku
ketika kulihat lagi senyummu
ketika kudengar bisik suaramu
kau adalah darah ideku

Puisi Februari 14

BERI AKU BAYANGMU

Aku lagi dicerca kesepian, sendiri di tengah gempita kejenuhan
Hari-hariku cuma mengeja kata-kata, selalu mencari sarinya tuk melengkapi gagasan
Hari-hariku harus juga mendengar suara-suara argumentasi…..
dan jalinan teori yang telah mengakar

Aku lagi dicerca kebingungan, mengulum kegelisahan akan waktu yang terbatas
Sementara matahari tak pernah perduli dan terus bicara sendiri

Angin tetap bertiup menerjang segalanya
Hujan tetap bercucuran menenggelamkan harap
Aku bisa mati
Dihimpit mimpi-mimpi , ketakberdayaan
Dan kerja yang tak kunjung selesai

Dalam kesendirian,
Aku rindu KAU kekasihku, darah hidupku yang selalu mengobati
Jantung hati yang selalu peduli

KAUlah segalanya bagiku
Aku ingin bayangMU hadir malam ini
Menemaniku menari
Bercumbu
Mengurai gelisah.

PUISI MUDIK

MANUSIA TANPA IDENTITAS

Aku tiba-tiba seperti sendiri di Malioboro
Gontai berjalan melangkahkan kaki
Kadang terduduk kehilangan energi diri
Matanya nanar mengingat jalan masih panjang
Sementara pijakan kaki gapaian tangan tak lagi ada
Entah tertinggal di mana atau diambil siapa

Lama aku mencoba mencari
Bertanya pada siapa saja yang ingin aku tanya
Menelusuri setiap jejak kakiku
Melayani setiap nasehat yang terucap
: toh akhirnya aku harus mengerti

Bahwa.....
Sesuatu yang sudah lari bisa jadi tak kembali
Kalau toh kembali tidak bisa secepat angin
Maka .....
Kau harus berani kembali seperti angin
Menelusup jalan-jalan yang aman
Berharap tidak ada peluit jalan
Yang tidak toleran pada
Manusia tanpa identitas
di Jalanan !

(ketika: kehilangan dompet di Bringhardjo, Jogja)

puisi akhir mei

SANTAP MALAM

............
di gemerlap surabaya
malam tak pernah berujung pada sepi
gelisah dan hasrat menjadi wabah setiap kepala
kesejukan hanya berpihak pada rumah-rumah gedongan
kedamaian hanya dimiliki mereka yang berani memilih
sementara yang lainnya harus berebut tidur sejenak
sementara yang lainnya saling tonjok, sikut, tendang
dan aku terjebak di hirukpikuk jantung kota
sendiri, seperti orang hilang

di sepanjang jalan
balada nyanyian pengamen sering menghiburku
ia bertutur tentang cinta dan rembulan malam
melupakan gubug bambunya yang baru digusur
penguasa kota
sekali-kali aku lihat anak-anak muda bergerombol di pinggir jalan mengirup kopi persahabatan
tukang becak yang melawan arus
baliho-baliho calon walikota yang mengganggu pandang taman-taman kota yang makin cantik
itulah surabaya menjelang 717 tahun

kemacetan merebut selera makanku
aroma makanan dan kepulan asap tak lagi mengundang hasrat pun demikian suara tek-tek mat Sarno tak kupedulikan
santap malamku telah disandera cerita nikmat
tauge, tahu dan cabe merah
sesungguhnya kenikmatan itu sederhana
maknanya:
sebuah penerimaan

Puisi 26510

KAU TERTIPU

......................
kau terkena bujuk rayu
mulut manis, wajah cantik membelenggu kaki tangankau
menjajah pikirankaau meremuk lunglaikan fisikkau
menguras semua hasrat dan harapan
mimpi indah hanya cerita

......................
kau terkena bujuk rayu
bisikan manis, kata-kata sang bijaksana ternyata menjelma tipuan dan kebohongan :
wajah cantik menyembunyikan buruk perangai
topeng kejujuran menyembunyikan kemunafikan
topeng kecintaan menyembunyikan kebencian
topeng ketulusan menyembunyikan kedengkian
topeng keiklasan menyembunyikan hasrat pribadi
seribu topeng telah kau jumpai
yang telah sekian waktu merampas waktu-waktukau
yang memenjarakan hidupkau
yang membius sadarkau

......................
kini kau telah temukan kenyataan
kau tidak ingin lagi tertipu
kaukubur semua manis senyum dan kata-katanya
kaubungkam semua hasrat untuknya
kau ingin bisa mereguk manis sisa waktukau
kau ingin menjadi kau
kau adalah kau
cuma kau dan .......
dan KAU
.........

________________________
: jangan sedih sahabatku !
malang di ujung malam

MANA MATAHARIKU

Seperti ada mendung menggelayut di ujung cakrawala
menepis panorama jingga menyumbat kehangatan membekukan hasrat

Pohon-pohon jadi membisu, angin tak lagi bisa menggoyang dedaunan, burung-burung kehilangan canda dicekam dingin dan kegelisahan

Kulihat,,,,, Kurasakan ........
Kegundahan sedang meraja, dimanja oleh waktu yang makin terasa sempit,
sementara setiap langkah kaki digayuti nafas kebimbangan
karena setiap penyimpulan melahirkan pertanyaan kembali
memang kegundahan harus jadi kawan
kesadaran akan memberi kehangatan kembali
dan,
angin akan datang

Kapankah rinduku kan terbayarkan:
cahaya merah, siluet pepohonan, dendang petani menyambut pagi , darah yang menggelora
hidup yang makin hidup

Ayo, cumbu kegundahan
satukan dengan
kita.

Puisi 081109

CERMIN 46

hari ini
cakrawala menebar wewangian mengusik hasrat
di ujung mata memandang terpampang bianglala bernyanyi tentang kelahiran, hidup dan kematian

di rumahku meski sunyi terdengar dendang syukur dan doa anakku, peluk cium istriku

waktu telah ditentukan saatnya melihat diri
saatnya bercermin
saatnya diam
karena diam adalah emas

bukankah.........................
bertahun-tahun kaki tlah melangkah, tangan tlah menggapai, mata tlah mencermati, bergulat dengan hasrat menggelora, .............
kini
kenalilah waktumu
lihat apa yang telah engkau lihat
dan apa yang akan engkau lihat
berbincanglah dengan hati nurani

kini
saatnya menggores kanvas
melenggokan kuas menebar warna
gambar masa depan dengan batas waktu tersisa
jangan selingkuhi kesadaran
jangan bodihi nalarmu

kini
: saatnya mengkristalkan kesadaran
engkau miskin tanpa rejekiNYa
engkau tak berdaya tanpa kekuatanNya
enkau bodoh tanpa ilmuNya.

puisi 151209

SABAR SAHABATKU

.... angin berbisik kepadaku, suaranya pilu
tuturkan kekalahanmu
menghadapi kontra logika tujuh empu

..... sesungguhnya,
dalam denting kebekuan malam aku ingin menyapamu
ingin kabarkan ada gelisah di setiap dada teman-temanmu
ada pilu, ada kegamangan, gundah jadi mewabah
kita pun bisa luka-luka juga
dicabik tajamnya logika
dan kata-kata

..... tetapi,
gerimis hujan mendinginkan hasrat
ia bertutur ' biarkan segalanya mengalir sendiri'
kesadaran akan menemukan simpul-simpul kelemahan,
kesabaran akan menajamkan logika kebenaran
kedewasaan berpikir akan lahirkan hasrat baru
percayalah ...............
matahari akan kembali bersinar

sahabatku,
di puncak malam kuberpesan pada angin malam
tuk katakan padamu
: " ...... bersabarlah, sebab kesabaran adalah puncak dari
perolehan, manakala kita mampu bersabar
yakinlah............................di ujung waktu
kita akan mendapat banyak hal "