Sabtu, 11 April 2020
Beningnya Malam, Melahirkan Semangat Baru
Tidak tahu.....persis lewat dua belas menit tadi aku terbangun dari nikmatnya tidur lebih awal. Mataku nanar dan terpaku pada lukisan Covid 19 yang sedang aku buat untuk alternatif buang waktu kejenuhan karena harus tinggal terus di rumah. Lukisan itu sesungguhnya lukisan yang saya gores pertama awal tahun lalu dan sampai sekarang belum selesai dan nampaknya pas senada dengan pademi Covid 19, sehingga lukisan itu langsug saya narasikan dengan tema pademi itu. Suatu yang tidak pernah saya lakukan. Biarlah.
Terbangun dari tidur awal membuat saya sulit tidur kembali, bening malam aku rasakan lewat pintu jendela kamar pertapaanku yang sengaja aku buka. Aroma bunga anggrek sesekali terbaui ketika semilir angin mengarah masuk, nikmat apalagi yang kurang dari karunia Allah kepadaku. Rasanya tidak ada, syujud syukur harus selalu aku lakukan,apalagi ketika malam-malam seperti ini. Bicara dan merenungi bening malam, aku jadi ingat tentang sesuatu hal yang berkait dengan kata 'bening' yang pernah mewarnai hari-hariku dulu. Iseng saya coba buka situs blog ini. www.cakrawalabening.blogspot.com masih ada dan ternyata masih hidup. Saya masih bisa menulis tulisan ini. Alhammdulillah.
Saya jadi mengoreksi diri, kenapa lama tidak saya hidupi ini blog. Padahal dulu sudah menjadi wahana tradisi yang baik untuk saya menyalurkan keinginan saya menulis, berbagi pengalaman, pemikiran, cerita dan lain-lain. Beberapa teman sempat mendorong hayo dihidupi lagi, karena sang teman ini juga senang tulisan-tulisanku, puisiku. Untuk itu.... dalam bening malam ini saya coba tulis ini sebagai niat untuk mencoba memulai lagi mengisinya kembali. Mohon dorongan semangat dan kritik agar mati suri blog ini bisa terhidupi lagi.
BENING MALAM
seperti diusap tangat lembut peri malam
katup mataku membuka perlahan
lukisan merah darah kegelapan menyemburat dropid covid
di situ nanarku bersedih dan terdiam lama
empat jam aku nikmati tanpa rasa karena pasrah
kini harus melawan gelisah karena peraduan tak lagi bersahabat
aku buka jendela kamar pertapaanku
tempat di mana cat, kanvas, buku, laptop, batu akik, topeng, lukisan....
merdeka bercengkerama
meladeni hasratku untuk mengembara
kadang harus bernostalgia untuk menjadi seniman jalanan
kadang harus menjadi penyair ala kadarnya
bening malam kau suguhi aku harum tubuhMU
sehingga dingin tak lagi berdaya
aku Kau buat leluasa mengalirkan kesadaran...ketenangan
untuk merangkai kata-kata penghambaanku padaMU
bening malam kauhadirkan untukku musik keteduhan
simponi suara serangga, kelelawar, burung,dan angin...
yang melahirkan niatku kembali di sini
untuk terus berbagi
untuk terus mensyukuri nikmaMU.
Batu, 03.52 12-04-2020
Langganan:
Postingan (Atom)